6 Bulan Akhir Tahun – Refleksi

Dalam hitungan hari, tahun 12.016 HE sudah hampir berakhir. Tahun yang membawa tekanan psikis lumayan tinggi kalau diamati. Dari tahun ini pun, hampir segala zona nyaman gua coba kikis habis-habisan. Tapi zona nyaman gua pun ternyata masih banyak yang harus dikikis lagi.

Pelajaran demi pelajaran datang bertubi-tubi dengan cara yang tidak pernah gua bayangkan sama sekali. Rasanya seperti ditonjok habis-habisan dari segala arah. Oya, tonjokan di sini bisa dibaca juga sebagai cobaan dan pelajaran sih sebetulnya. Kadang waktu gua berpikir, “Sudah selesaikah tonjokkan kali ini?”, tiba-tiba saja alam semesta tertawa meremehkan dan memberikan tambahan siraman tonjokan yang baru. Dan bekas tonjokannya masih menyimpan lebam dan memar sampai sekarang, yang uniknya, gua suka dengan lebam-lebam itu.

Kalau udah di ujung tanduk, gua kadang cuman bisa berucap, gua gak tahu apa-apa tentang dunia ini, kecuali barang sedikit.

Gua ambil contoh 2 hal, usaha dan fitness. Dalam waktu 6 bulan belakangan ini, gua mendapatkan hal-hal yang gak pernah gua lihat sebelumnya. Dan mereka datang bertubi-tubi. Jika dituliskan dalam monolog, kira-kira monolog gua dengan tema usaha bakal seperti ini.

Ngerasa pemasukan mencukupi? Oh tunggu dulu, ada tagihan yang harus loe bayar. Ada orang lain yang lebih berhak atas pendapatanmu. Ada juga pengeluaran mendadak kejutan yang gak pernah loe bayangkan. Dan oh ya, surprise! Keran-keran rezeki yang itu Dia lagi mau tutup. Frustasi? Jangan dong, Dia buka keran-keran rezeki yang lain. Dia juga kasih pemasukan kejutan di sana dan di sini. Ada juga orang lain yang ngebantu loe. Tagihan-tagihan pun bisa loe hapus pelan-pelan. Sudah dapet ilmu baru? Udah ngerasa pemasukan mencukupi?

Dan siklus pun berulang. Dengan bumbu yang berbeda.

Usaha itu susah. 😐

Lalu ada pula fitnes. Entah gua kesambet apa yang jelas gua jadi keranjingan ngefitnes. Empat bulan awal dari Januari akhir tahun 2016 gua coba datangi tempat gym rutin hampir SABAN HARI. Duh, bahkan mbak-mbak instrukturnya pun udah ngewanti-wanti tubuh perlu istirahat biar bisa berkembang. Dan itu pun gua sembarang pakai alatnya tanpa schedule, tanpa rencana mau target gimana kek apa kek, dan tanpa ilmu yang mencukupi. Intinya coba-coba sih. Alhasil, gak berkembang sesuai keinginan. Perut masih buncit. Payudara ndak montok-montok. Lengan pun gak benjol-benjol. DNA badan gua gak ada bakat kali ya biar jadi montok. >:D

Hingga akhirnya 6 bulan lalu, tiba-tiba ada mas-mas instruktur nowel gua dari belakang. Dia ngoreksi latihan gua. Udah gemes kayaknya dia ngelihat salah kaprahnya gerakan gua. Gua pun merubah cara pandang gua ngefitnes. Gua pun coba bikin target ngecilin buncitnya perut gua. Latihan demi latihan yang fokus ngecilin perut pun gua jabani. Dan itu SUSAH-. SUSAH EDAN sumpah. Latihan 6 bulan sebelumnya gak ada apa-apanya. Jungkir balik di atas matras, besi, atau entah apalah itu sampai mual muntah-muntah gua tetep terusin. Awal-awal, kaki kram, kepala pusing, tangan terkilir, paha sakit, jalan pun susah. Dan semakin lama gua pun mengenal tipe-tipe latihan sirkuit yang variasinya buset dah, banyak pisan, yang kadang kudu dicatet di hape, terus tiap gerakannya diitung jeda detik antara latihan dan istirahatnya. Dan setelah 4 bulan, eng-ing-eng, gua pertama kali melihat hasil signifikan dalam berfitnes ria: kebuncitan perut gua berkurang 2-3 cm. Duh Gusti, sedikit pisan! Itu baru perut doang. Dan latihannya udah stres maksimal begitu. Dan itu belum ada tanda-tanda muncul roti kasur-nya sama sekali. Gua pun curhat ke temen-temen latihan. Kata mereka sih keep going aja. Besok-besoknya gua makan barbar. Perut pun maju lagi beberapa senti. Wassalam deh.

Dan dalam pertama kalinya dalam hidup gua, gua baca paper dengan tema olahraga. Like, mencari cara paling efisien, efektif, dan hemat waktu buat latihan. Ada juga paper begituan ternyata, dan itu detil banget mereka-mereka nelitinya. Sampai-sampai berapa derajat optimum posisi tubuh harus duduk ketika melakukan latihan tertentu pun diteliti. Belum latihan payudara, eh…, dada deng, sama lengan, kaki, dan temen-temennya yang belum gua jabani secara maksimal.

Intinya, fitnes itu susah. 😐